INILAHKUNINGAN- Tujuan pemberdayaan UMKM lokal di pedesaan, dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Kuningan, masih dalam tataran omon-omon, atau ngomong doing, alias Omdo. Dapur MBG masih cuek dengan potensi UMKM Kuningan. Padahal Kuningan memiliki 42 ribu UMKM, dan 12 ribu UMKM diantaranya bergerak di industri pengolahan makanan.

Fakta pahit bagi UMKM Kota Kuda ini, diakui Plt Kepala Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian (Diskopdagperin) Kuningan, Dr Elon Carlan. Maka itu, penting dapur MBG berbasis domisili desa atau kelurahan.

“Jika dapur MBG berbasis desa atau kelurahan, maka siswa penerima manfaat dan sekolahnya masih berada di wilayah desa yang sama. Begitu pula dengan bahan baku yang diperlukan, dapat memberdayakan dari pelaku UMKM yang ada atau pangan lokal sebagaimana mestinya,” jelas Elon Carlan, Minggu (19/10/2025), kepada InilahKuningan

Elon Carlan mencontohkan ketidakefektifan saat ini. Dimana dapur MBG berlokasi di Kuningan Utara seperti Kecamatan Cilimus  atau berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, tapi mendistribusikan menu makanan ke wilayah Kecamatan Cibingbin atau Kuningan timur yang berbatasan dengan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. “Dari sisi jarak saja sudah kurang efektif,” kata dia

Carut marut implementasi MBG di Kabupaten Kuningan ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah. Perlu adanya evaluasi menyeluruh dan perbaikan mendasar agar program ini benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat, Bukan justru menimbulkan masalah baru.

“Jangan sampai niat baik untuk meningkatkan gizi anak bangsa justru terganjal oleh buruknya perencanaan dan pelaksanaan di lapangan,” ujarnya, mengingatkan./tat azhari