Terancam Punah, Budidaya Selada Air di Kecamatan Cigugur Kuningan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budidaya adalah usaha bermanfaat dan memberi hasil. Budidaya adalah salah satu cara untuk menghasilkan lebih banyak sumber daya hayati untuk dijaga dan dipertahankan kelestariannya.
Kegiatan budidaya dapat dilakukan, salah satunya pada sektor pertanian. Berdasarkan PP RI No 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman, budidaya ialah suatu upaya dalam mengembangkan sumber daya nabati pada sektor pertanian, dibantu dengan modal, teknologi, atau sumber daya lain.
Menurut Stephens (dalam Dewi Rahmayani Rahman dkk. 2017), selada air atau Nasturtium officinale R. Br., adalah tumbuhan yang tergolong dari famili Brassicaceae, berasal dari Eropa dan Asia. Selada air biasa dikonsumsi sebagai sayuran atau salad. Selada air merupakan sumber vitamin A dan C, sangat baik, mengandung niasin, asam askorbat, tiamin, riboflavin, dan zat besi.
Salah satu budidaya tanaman tersebut, ada di Kecamatan Cigugur. Yaitu budidaya selada air atau dalam bahasa sunda sering disebut dengan “saladaer”. Budidaya selada air ini berlokasi di perbatasan Desa Cigugur dan Desa Cipari atau masyarakat mengenalnya dengan daerah Citamba.
Selain itu, lokasi budidaya selada air ini berdekatan dengan mata air yang sering dimanfaatkan oleh warga setempat untuk mencuci pakaian dan tempat bermain anak-anak.
Budidaya selada air yang kami temukan di Kecamatan Cigugur ini sudah berjalan hampir 23 tahun. Berdasarkan informasi, usaha budidaya selada air ini merupakan usaha turun temurun. Budidaya ini dikelola oleh seorang petani bernama Ibu Yanti berusia 52 tahun. Beliau mengelola budidaya ini bersama suami. Akan tetapi, tanah yang dijadikan usaha budidaya selada air ini, milik orang lain. Sehingga hasil panen harus dibagi dua dengan pemilik lahan.
Cara merawat selada air ini, tidak mudah. Ibu Yanti sering kali merasa kesusahan karena harus membuang rumput-rumput liar agar aliran air tersendat. Sehingga mengganggu proses pertumbuhan tanaman selada air. Tanaman selada air juga berisiko sering terkena hama. Salah satu faktor penyebabnya, ialah tidak sedikit orang suka memancing ikan di area perairan yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman selada air.
Selada air ini dapat dipanen, jika sudah mencapai 40 hari. Ibu Yanti mengaku, penghasilan dari usaha budidaya selada air ini, ketika kualitas tanamannya bagus, dapat mencapai 1.000 ikat dalam sekali panen. Namun, saat ini hasil panen, hanya mencapai 80 ikat. Hal tersebut terjadi karena kualitas tanaman kurang baik.
Ibu Yanti juga mengaku, lokasi budidaya selada air konon akan dijadikan tempat wisata. Jika hal tersebut terjadi, maka keberlangsungan usaha budidaya selada air di Kecamatan Cigugur ini menjadi terancam dan dikhawatirkan akan punah.
Dapat diketahui bahwa budidaya selada air ini merupakan salah satu usaha dan bentuk pelestarian para petani di Kecamatan Cigugur. Harapannya usaha budidaya selada air ini dapat terus berjalan semestinya, mengingat usaha budidaya selada air ini merupakan salah satu mata pencaharian warga sejak lama.
Penulis: Ira Nafisa & Anisa Sakina Andini (Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Kuningan)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.