NU Kuningan Sarankan Hasil OB Sekda 2024 Ditinjau Ulang
INILAHKUNINGAN- Gejolak jabatan Sekda Kuningan, telah mengusik PC Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, turun bicara. Ketua PCNU Kuningan, Dr KH Aminuddin menyarankan agar proses Open Bidding (OB) Sekda Kuningan Tahun 2024 ditinjau ulang demi memastikan terpilihnya figure relevan dengan visi misi kepemimpinan daerah.
“Pelantikan sekda tidak memiliki keselarasan dengan arah kebijakan kepala daerah ibarat menempatkan batu besar yang kasar di puncak bangunan. Alih-alih memperkokoh, justru bisa meruntuhkan struktur yang sedang dibangun,” ungkap Abah Aam, sapaan akrabnya, Selasa (21/01/2025), kepada InilahKuningan
Menurut Abah Aam, sekda bukan hanya sekadar roda dalam mesin birokrasi, tetapi juga penggerak utama yang harus mampu menerjemahkan visi bupati kedalam tindakan konkret. Kekurangan chemistry antara bupati dan sekda dapat diibaratkan seperti dua pendayung di perahu yang tidak seirama. Akibatnya energi terkuras, tetapi arah tidak tercapai.
“Saat 2 pendayung tidak sinkron, perahu tidak akan sampai ke tujuan. Justru, kapal bisa terombang-ambing dan tersesat di tengah arus deras. Itulah pentingnya hubungan harmonis antara sekda dan bupati,” kata dia
Abah Aam menegaskan bahwa seorang sekda harus memiliki tiga elemen utama. Yaitu knowledge, Ibarat seorang pandai besi, sekda harus memiliki pengetahuan dalam untuk menempa kebijakan tajam dan efektif. Kemudian skill, seperti seorang pemanah, sekda membutuhkan kemampuan teknis untuk menargetkan solusi secara tepat dan tidak meleset.
“Terakhir attitude, layaknya akar pohon kokoh, sikap seorang sekda harus berlandaskan integritas dan ketulusan dalam melayani masyarakat,” imbuh Abah Aam
Selain itu, sekda juga harus mampu menghadapi tantangan besar, seperti penyehatan APBD, pengurangan pengangguran, dan pengentasan kemiskinan, dengan cara tidak hanya strategis, tetapi juga solutif.
“Pemimpin birokrasi adalah arsitek pemerintahan. Jika arsiteknya salah memilih rancangan, maka bangunan yang dibuat tidak akan bertahan lama,” ujarnya.
Kepada para kandidat sekda hasil OB, Abah Aam mengingatkan agar menahan diri dan tidak memaksakan pelantikan jika mereka benar-benar ingin berkontribusi positif bagi Kabupaten Kuningan.
“Jika niatnya tulus membangun Kuningan, maka bersikaplah seperti petani sabar, menunggu musim panen. Jangan buru-buru memetik buah belum matang, karena hasilnya bisa mengecewakan,” tambahnya
Abah Aam juga mengimbau Kemendagri agar tidak hanya memprioritaskan prosedur formal, tetapi juga mempertimbangkan secara matang relevansi calon sekda dengan kebutuhan daerah.
“Keputusan ini ibarat menanam bibit di lading, jika salah memilih benih, ladang subur sekalipun tidak akan menghasilkan panen baik. Sekda harus menjadi benih unggul yang mampu menumbuhkan perubahan besar bagi Kuningan,” tandasnya
Abah Aam optimistis bahwa proses yang bijak dan matang dapat melahirkan pemerintahan yang solid. Dimana bupati dan sekda bekerja selaras seperti dua sayap burung yang bergerak harmonis, membawa Kuningan terbang menuju masa depan lebih cerah.
“Jika sekda dan bupati tidak satu visi, pemerintahan akan berjalan pincang. Tetapi jika keduanya seirama, Kuningan akan melesat seperti tombak yang dilemparkan dengan tenaga penuh, tepat sasaran dan berdampak besar bagi masyarakat,” tutupnya./tat azhari

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.