“DIVA”, PNM dan Samsung Buka Jalan UMKM Batik Cirebon Go Digital
CIREBON – Upaya memperkuat daya saing pelaku usaha mikro terus dilakukan melalui sinergi antara dunia usaha dan lembaga pembiayaan nasional. Kolaborasi PT Permodalan Nasional Madani (PNM) bersama Samsung Electronics Indonesia melahirkan program “DIVA: Digital, Inovatif, dan Adaptif”, yang digelar pada 10–11 November 2025 di Kedawung, Kabupaten Cirebon.
Kegiatan ini diikuti 30 nasabah terbaik PNM Mekaar, sebagian besar merupakan perajin batik, pemilik warung, dan pelaku usaha jasa. Mereka dilatih mengenal strategi pemasaran digital, membangun citra produk, hingga mengoptimalkan fitur ponsel sebagai sarana promosi usaha.
Program bertema “Batik Cirebon Go Digital, Jepret Upload Jadi Cuan” ini menjadi bukti nyata bahwa teknologi dapat menjadi katalis transformasi ekonomi perempuan di tingkat mikro.
Kepala PNM Cabang Cirebon Erwin Syafriadi menyampaikan, kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PNM yang menitikberatkan pada pemberdayaan berbasis literasi digital.
“PNM tidak hanya memberikan pembiayaan, tetapi juga pendampingan agar nasabah mampu tumbuh secara berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan Samsung, kami ingin memastikan para nasabah, khususnya perajin batik, dapat beradaptasi dengan ekosistem ekonomi digital,” kata Erwin.
PNM Cabang Cirebon saat ini membina 285 ribu nasabah aktif, mayoritas perempuan pelaku UMKM sektor mikro. Menurut Erwin, pelatihan digital menjadi bentuk investasi jangka panjang dalam meningkatkan produktivitas, memperluas pasar, dan memperkuat inklusi finansial di daerah.
Perwakilan Samsung Electronics Indonesia Bandoro Karista dari Departemen Mobile Experience Government B2B menjelaskan, digitalisasi pelaku UMKM tidak lepas dari perangkat yang paling dekat dengan mereka, yakni ponsel.
“Kalau bicara digitalisasi, perangkat yang paling melekat dengan pelaku usaha adalah gawai mereka. Hari ini kami memperkenalkan bagaimana smartphone dapat menjadi alat kerja produktif, mulai dari fotografi produk hingga manajemen toko daring,” jelasnya.
Bandoro menambahkan, Samsung berkomitmen menyediakan perangkat dengan fitur mumpuni dan harga terjangkau yang mendukung produktivitas UMKM.
“Kami ingin teknologi menjadi enabler bagi pemberdayaan perempuan dan penguatan ekonomi lokal,” ujarnya.
Dukungan terhadap pelaku usaha batik juga disampaikan oleh Kabid Perindustrian Disperdagin Kabupaten Cirebon Haji Teguh Mulyono, yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Ia menuturkan, Kabupaten Cirebon memiliki dua motif batik unggulan yang tengah diusulkan sebagai indikasi geografis (IG), yakni Batik Waleran Megamendung dan Batik Merawit. Melalui program pembinaan UMKM, Disperdagin juga membantu fasilitasi pendaftaran merek dagang dengan biaya lebih terjangkau dibandingkan pengurusan mandiri.
“Kehadiran pasar digital membuka peluang besar bagi perajin di pelosok, terutama mereka yang belum memiliki showroom. Digitalisasi akan memperluas akses pasar batik Cirebon hingga ke tingkat nasional,” ujar Teguh.
Sementara itu, Kiki Aulia Rachman, Kepala Bagian Jasa Manajemen PNM, menjelaskan bahwa pelatihan DIVA bertujuan agar nasabah Mekaar mampu menjual produk tidak hanya secara offline, tetapi juga online.
“Kami berharap nasabah dapat meningkatkan omzet dengan memanfaatkan media sosial dan platform digital. Dengan begitu, skala usahanya bisa naik kelas,” tuturnya.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari PNM, Samsung, dan AIDIA (Asosiasi Profesi Desain Komunikasi Visual Indonesia) Cabang Ciayumajakuning.
Lebih dari sekadar perusahaan pembiayaan, PNM sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki sistem pembiayaan resmi, tercatat, dan terintegrasi secara digital. PNM tidak hanya menyalurkan dana melalui UlaMM dan Mekaar, tetapi juga mengembalikan manfaatnya ke masyarakat melalui program TJSL (CSR), salah satunya lewat pelatihan dan pemberdayaan nasabah.
Kolaborasi PNM dan Samsung di Cirebon menjadi model kemitraan strategis antara lembaga keuangan BUMN dan korporasi global dalam membangun ekonomi kerakyatan berbasis digital.
Sinergi ini memperlihatkan bagaimana inklusi finansial, literasi digital, dan inovasi teknologi dapat bersatu dalam satu ekosistem pemberdayaan yang membantu perempuan pelaku usaha naik kelas dan mandiri secara ekonomi. (Bubud Sihabudin)


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.