Citra Salsabila: Waspada El Nino!
Akhir-akhir ini cuaca semakin tak terkendali, suhu yang semakin panas menjadikan beberapa wilayah mengalami kekeringan. Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia akan mengalami kekeringan panjang akibat fenomena El Nino. Ini akan terjadi pada Juli hingga akhir 2023.
Adanya fenomena El Nino disebabkan pengaruh suhu muka air laut di Samudra Pasifik, dan Indian Ocean Dipole yang dipengaruhi suhu di Samudra Hindia, di mana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini. Akibatnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia semakin berkurang selama periode musim kemarau pada semester kedua tahun ini. Pada sebagian wilayah lainnya diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya.
Tak heran jika ada wilayah sudah mulai kekeringan. Salah satunya di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sebanyak 15 desa dalam 8 kecamatan dari 376 desa termasuk daerah rawan kekeringan dan kekurangan air bersih. Terdiri atas Desa Cihanjaro, Desa Simpayjaya, Desa Sukasari Kecamatan Karangkancana, Desa Cileuya, Desa Cimahi Kecamatan Cimahi, Desa Jambugeulis Kecamatan Cigandamekar. Selain itu Desa Baok, Desa Ciwaru Kecamatan Ciwaru, Desa Partawangunan, Desa Kalimanggis Wetan, Desa Kertawana Kecamatan Kalimanggis, Desa Legok, Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Desa Mekarjaya Kecamatan Ciawigebang, dan Desa Sukarasa Kecamatan Darma. (Pikiran-rakyat, 15/6/2023).
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Indra Bayu Permana mengatakan, 15 desa tersebut setiap tahun harus menjadi perhatian serius Pemda dalam penanggulangan dampak kekeringan dan kekurangan air bersih. Karena potensi kekeringan lahan-lahan pertanian tahun 2023 cukup tinggi. Tentu perlu diantipasi, agar tidak berdampak nyata pada rakyat.
Waspada El Nino
Cuaca panas yang ekstrim bisa dikarenakan dampak dari fenomena El Nino. Dimana BMKG mengklasifikasikan intensitas El Nino menjadi tiga kategori, yaitu El Nino lemah, moderat, dan kuat. El Nino lemah berkisar antara 0.5 hingga 1.0, El Nino moderat berkisar antara 1.0 hingga 2.0, sedangkan El Nino kuat dengan nilai lebih dari 2.0. Syarat untuk diidentifikasikan sebagai El Nino adalah nilai indeks Nino 3.4 masuk dalam kategori El Nino minimal konsisten selama 5 bulan berturut-turut.
Menurut BMKG, El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global. Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut. Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
Oleh sebab itu, diperlukan keseriusan dari pemerintah untuk mengantisipasinya. Salah satunya ketersediaan pangan. Sehingga yang dilakukan mengimpor beras secara berkala. Tak lupa, pemerintah pun mengingatkan untuk menghemat penggunaan air dan memaksimalkan cadangan air. Nantinya pengelolaan waduk akan dimaksimalkan, ketika kekeringan melanda.
Disinilah kebutuhan rakyat harus tetap terpenuhi. Bukan sekadar mengandalkan impor, tetapi pemerintah seharusnya sudah siap siaga dalam mengahadapinya.
Solusi
Bencana kekeringan memang dampak dari fenomena alam yang pada saat terjadi menuntut kesabaran dan keikhlasan. Namun, fenomena tersebut semestinya membuat kita introspeksi, tidak hanya secara individu, melainkan juga pemerintah sehingga akan lahir kebijakan yang memihak kemaslahatan rakyat.
Disnilah perlu antisipasi yang tepat, agar rakyat tidak menderita atau bahkan kekurangan ketersediaan air dan pangan. Caranya, pertama, mengembalikan kepemilikan SDA yang terkategori milik umum kepada rakyat. Hutan, air, sungai, danau, laut adalah milik rakyat secara keseluruhan. Maka, negaralah yang berhak mengelolanya secara langsung, dan hasilnya untuk kemaslahatan rakyat.
Kedua, negara mengelola secara langsung dalam proses produksi dan distribusi air. Caranya melakukan pengawasan atas berjalannya pemanfaatan air, seperti peningkatan kualitas air dan menyalurkan kepada masyarakat melalui industri air bersih perpipaan hingga kebutuhan masyarakat atas air terpenuhi dengan baik.
Perlu diperhatikan, pengelolaanya tidak diperkenankan diserahkan kepada swasta. Negara harus memberdayakan para ahli terkait agar masyarakat bisa menikmati air bersih dengan mudah.
Ketiga, melakukan rehabilitasi dan memelihara konversi lahan hutan agar resapan air tidak hilang. Negara akan mengedukasi masyarakat agar bersama-sama menjaga lingkungan, melakukan pembiasaan hidup bersih dan sehat, serta memberi sanksi tegas terhadap pelaku kerusakan lingkungan.
Disitulah ancaman kekeringan akan bisa dilalui dengan baik, dan rakyat bisa hidup sejahtera. Wallahu’alam bishshawab.**
Citra Salsabila
(Pegiat Literasi)


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.