MENGAJAR adalah profesi yang penuh tantangan dan tanggung jawab besar. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga membimbing, menginspirasi, serta mengelola berbagai aspek emosional dan sosial dalam kelas. Beban kerja yang tinggi, ekspektasi yang besar, serta tekanan dari berbagai pihak sering kali membuat guru mengalami kelelahan fisik dan mental yang disebut Teaching Fatigue. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan guru, kualitas pengajaran, serta kesejahteraan siswa yang mereka bimbing. Oleh karena itu, penting bagi para pendidik untuk memahami, mengatasi, dan mencegah teaching fatigue agar dapat menjalankan profesinya dengan optimal dan tetap merasa bahagia dalam mengajar.

Teaching fatigue terjadi ketika guru mengalami kelelahan yang bersifat fisik, emosional, dan mental akibat tekanan yang berkepanjangan dalam pekerjaan mereka. Salah satu penyebab utama dari kondisi ini adalah beban kerja yang berlebihan. Guru sering kali diharuskan mengajar di banyak kelas dengan jumlah siswa yang besar, sambil tetap harus menyiapkan materi pembelajaran, mengoreksi tugas, dan melakukan berbagai administrasi akademik. Selain itu, perkembangan teknologi dalam pendidikan juga menuntut guru untuk terus beradaptasi, sehingga menambah tekanan bagi mereka yang belum terbiasa dengan metode pembelajaran berbasis digital.

Selain itu, tuntutan emosional dalam mengajar  juga menjadi faktor utama teaching fatigue. Guru harus berinteraksi dengan siswa yang memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda-beda, menghadapi siswa yang kurang termotivasi, serta menangani berbagai permasalahan di dalam kelas. Terkadang, mereka juga dihadapkan pada ekspektasi tinggi dari orang tua yang menginginkan hasil akademik maksimal bagi anak-anak mereka. Dalam banyak kasus, kurangnya dukungan dari rekan kerja atau lingkungan sekolah juga dapat memperburuk kondisi ini, membuat guru merasa sendirian dalam menghadapi tantangan mereka.

Dampak dari teaching fatigue dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan guru. Secara fisik, mereka sering mengalami kelelahan yang berkepanjangan, sakit kepala, sulit tidur, serta daya tahan tubuh yang melemah. Secara emosional, mereka menjadi lebih mudah tersinggung, kehilangan motivasi dalam mengajar, serta merasa cemas atau stres yang berlebihan. Bahkan, dalam beberapa kasus, teaching fatigue dapat menyebabkan burnout, yaitu kondisi di mana guru merasa benar-benar kehabisan energi dan kehilangan minat terhadap profesinya. Jika dibiarkan tanpa penanganan, hal ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran di kelas, sehingga juga merugikan siswa.

Untuk mengatasi teaching fatigue, guru perlu menerapkan berbagai strategi yang dapat membantu mereka menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Salah satu langkah utama adalah mengatur manajemen waktu dengan baik. Guru dapat membuat prioritas tugas dan menggunakan teknik manajemen waktu.  Hal ini berkaitan dengan pengaturan ritme kerja dalam setiap hari. Menentukan kapan pekerjaan harus dilakukan dan diselesaikan secara bertahap dan kapan juga kita berhenti sejenak untuk mendapatkan energi baru. Selain itu juga, mengatur delegasi tugas atau pekerjaan dikala saat yang bersamaan ada lebih dari satu pekerjaan.

Selain manajemen waktu, Membangun support system juga sangat penting dalam menghadapi teaching fatigue. Berbagi pengalaman dengan sesama guru, mencari mentor yang bisa memberikan nasihat, atau bergabung dalam komunitas pendidik dapat membantu guru merasa lebih didukung dan tidak sendirian dalam menghadapi tantangan. Dukungan sosial ini juga dapat membantu dalam berbagi strategi efektif untuk mengajar dengan lebih efisien dan menyenangkan.

Menjaga kesehatan fisik dan mental juga menjadi langkah krusial dalam mengatasi teaching fatigue. Olahraga ringan secara rutin, menjaga pola makan sehat, serta cukup tidur dapat membantu meningkatkan energi dan daya tahan tubuh. Selain itu, teknik relaksasi seperti meditasi atau latihan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan ketenangan pikiran. Guru juga disarankan untuk menyisihkan waktu bagi diri sendiri, baik untuk melakukan hobi, menghabiskan waktu dengan keluarga, atau sekadar beristirahat tanpa tekanan pekerjaan.

Lebih lanjut, menjaga batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi juga sangat penting. Banyak guru yang merasa harus terus bekerja bahkan di luar jam sekolah, seperti mengoreksi tugas hingga larut malam atau merespons pesan dari orang tua siswa tanpa batas waktu yang jelas. Oleh karena itu, guru perlu menetapkan batasan yang sehat, seperti menentukan jam kerja yang jelas dan menghindari membawa pekerjaan ke rumah jika tidak benar-benar mendesak.

Untuk mencegah teaching fatigue, guru juga perlu Mencari makna dalam profesinya. Mengajar bukan hanya tentang menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga tentang membentuk karakter dan masa depan siswa. Dengan mengingat dampak positif yang telah mereka berikan kepada siswa, guru dapat menemukan kembali semangat dan motivasi mereka dalam mengajar. Mengembangkan Growth Mindset, yaitu cara berpikir yang melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang, juga dapat membantu guru tetap termotivasi dan tidak mudah merasa kewalahan.

Selain itu, penggunaan teknologi pendidikan juga dapat membantu mengurangi beban kerja guru. Misalnya, platform digital untuk pembelajaran dapat membantu guru dalam menyusun materi, mengelola tugas, serta memberikan umpan balik secara lebih efisien. Dengan memanfaatkan teknologi secara optimal, guru dapat menghemat waktu dan tenaga, sehingga lebih fokus pada aspek pengajaran yang lebih bermakna.

Di sisi lain, lingkungan kerja yang positif juga berperan dalam mencegah teaching fatigue. Sekolah perlu memberikan dukungan yang memadai bagi guru, baik dalam bentuk kebijakan yang lebih fleksibel, program kesejahteraan guru, maupun pelatihan yang relevan untuk meningkatkan keterampilan mereka. Selain itu, budaya kerja yang menghargai usaha dan kontribusi guru dapat membantu menciptakan suasana yang lebih kondusif dan menyenangkan.

Teaching fatigue adalah tantangan nyata yang dihadapi banyak pendidik di berbagai belahan dunia. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebabnya, penerapan strategi yang tepat, serta dukungan dari lingkungan kerja yang kondusif, guru dapat mengelola dan mencegah kelelahan mengajar. Mengajar adalah profesi yang mulia, dan menjaga kesehatan mental adalah hal terpenting bagainana seorang guru terus bertumbuh menjadi pribadi bahagia dalam aktivitas kesehariannya. Growth Mindset menghantarkan kepada Everyday Happiness akan melahirkan Guru Inspiratif sepanjang masa. Mulailah dengan aktivitas yang sederhana, bermakna bagi diri dan bermanfaat bagi umat.

Dr. Nanan Abdul Manan, M.Pd.

Founder Mahaka Training Center