Kuningan Punya Tanaman Cabai 60 Hektar Tapi Harga Pasar Mahal, Ini Penyebabnya!
INILAHKUNINGAN- Kenapa harga cabai di Kabupaten Kuningan bisa mahal, kemudian menjadi penyebab inflasi. Faktornya selama ini, ternyata belum ada uluran tangan Pemkab Kuningan dalam mengakomodir produk pertanian. Terutama komoditas sayuran, seperti cabai.
Sebagai penyebab inflasi, harga cabai sendiri selalu menjadi sorotan utama. Rumah Tani Nusantara, sebenarnya memiliki stok lahan cabai di Kabupaten Kuningan mencapai sekitar 60 hektar. Lahan tersebar di Kecamatan Darma, Kadugede dan Nusaherang.
Meski baru dimanfaatkan tanaman cabai sekitar 30 hektar, tapi produksi cabai petani Kota Kuda ini sudah mencapai 500 ton per siklus 6 bulan Produksi besar cabai di Kabupaten Kuningan ini, sudah berjalan sejak Tahun 2020. Tapi kenapa harga cabai di pasar-pasar Kuningan, tetap mahal?
CEO Rumah Tani Nusantara Store Kuningan, Bahtiar saat dikonfirmasi, tidak memungkiri Rumah Tani miliknya telah memproduksi cabai 500 ton per siklus 6 bulan di Kabupaten Kuningan. Tapi produksi cabai tersebut, Ia jual ke Jakarta 80%, sisanya 20% ke industri. Alasan tidak menjual ke pasar di Kuningan?
“Siapa yang mau bertanggungjawab di pasar Kuningan. Pernah mencoba ke para pedagang pasar di Kuningan, tapi gak dibayar. Pembayaran para pedagangnya, tidak jelas. Di salah satu pasar di Kuningan, pokoknya. Kalau ke Jakarta, industri jelas bayarnya,” ucap Bahtiar
Diakui, jika produksi cabainya di Kuningan bisa terfasilitasi baik oleh pemerintah daerah dalam hal pembayaran, maka harga cabai di Kuningan tidak akan semahal Rp35 ribu/kilogram. Bahkan kerap kali naik hingga Rp80 ribu/kilogram.
Bahtiar memastikan, jika produksi cabainya terserap di Kuningan, harga cabai bisa stabil diangka Rp25 ribu/kilogram. Bahkan di momentum maremaan lebaran sekalipun bisa stabil. Sebab rantai pasoknya pendek.
“Yang menaikan harga cabai itu kan kartel-kartel. Kalau rantai pasoknya pendek, pasti murah,” ujar Bahtiar
Bahtiar mengingatkan, bahwa penyebab inflasi atau kenaikan harga banyak komoditas secara terus menerus lebih disebabkan harga cabai. Sebab faktor cabai lebih besar dari daging ayam dalam inflasi Di Indonesia, market capital cabai saja mencapai 50 triliun.
Bahtiar berharap potensi besar cabai di Kuningan ini mendapat perhatian Pemkab Kuningan. Ia bersyukur, tahun 2025 ini sudah ada komunikasi dengan Pemkab Kuningan terkait harga cabai guna pengendalian inflasi. Tentu sebelum diambil kabupaten/kota lain.
“Bayangkan, jika Kuningan disorot sebagai pengendali inflasi cabai Nasional, kan luar biasa,” ucapnya
Untuk penyerapan produksi cabai oleh Kuningan, tentu dibutuhkan regulasi tata kelola perdagangan di Kabupaten Kuningan. Terutama sentralnya. “Sekarang, sentral cabai di Kuningan, atau komoditas lainnya dimana. Pasar Kepuh juga bukan,” kata dia
Diakui Bahtiar, gudang cabai Rumah Tani Nusantara miliknya sudah berdiri, bahkan beroperasi di Kabupaten Temanggung dengan produksi 10 ton/hari, atau 3 ribu ton/tahun. Didukung penuh Bupati Temanggung./tat azhari


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.