Ini Pesan Sukses Idul Adha Ketua DMI Kuningan
MENGUATKAN tujuan ibadah Idul Adha adalah meningkatkan takwa. Dinamika ujiannya, adalanya perbedaan waktu idul adha. Stateman Buya Yahya, bagi yang mengikuti penyamaan waktu dengan Saudi Arabia sejalan mahzab Imam Malik. Adapun keputusan berdasar penanggalan Indonesia, sejalan dengan mahzab Syafii. keduanya syah untuk beribadah.
Yang jangan sampai merusak takwa kita, adalah ketika saling berselisih, saling panatik dengan induk lembaga atau organisasi masing-masing.
Fokus Modal Sukses di balik Hari Raya Idul Adha
Bagian Penting dari Hari Raya Idul Adha, adalah berteladan kepada keluarga Nabi Ibrahim as. (QS. An Nahl ayat 120). Beliau mendapat predikat gelar Kholilullah / kekasih Allah (An Nisa 125)
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. QS. An Nahl ayat 120
Kehebatan Nabi Ibrahim: sifat utamanya selalu menomor satukan ajaran Allah di atas kepentingan dirinya sendiri. Seperti : Sikap beraninya menghadapi Raja Namruz sebagai penguasa preman yang dzolim, walau beresiko dengan hukuman dibakarnya dalam kobaran api. Beliau tegas siap mental melaksanakan perintah Allah utuk mengorbankan putra kinasinya Ismail as. dengan tanpa ragu dan perhitungan.




Atas dasar itu, dua fokus hari raya Idul Adha, adalah Ibadah haji dan Ibadah Qurban, yang memiliki inti pentingnya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam Ibadah haji, melalui tawaf bermakna gerak hidup terkendali dengan ikatan tauhid. Wukuf di Arafah, sebagaimana Sabda Rasulullah “al hajju huwa arofah / Haji itu adalah wukuf di Arofah”, adalah berkonsentrasi menguatkan marifat, yakni mengenal Allah dengan mengharamkan diri dari segala yang diharamkan dalam aturan ihram sebagai simbol kesadaran fitrah (QS. Al Araf 172). Ibadah Qurban, bermakna mendekatkan diri kepada Allah, berlanjut semangat berbagi. Sejalan dengan QS Al Haji:37 “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya….: Begitu pula muatan perintah Shalat dan Berqurban dalam QS. Al Kautsar merupakan keharusan rangkaian keseimbangan amal perbuatan Hablum Minallah dan Hablum Minanas. seperti Allah tegaskan dalam QS. Ali Imran 112.
Tiga Pesan Sukses
Di balik Hari Raya Idul Adha terdapat pesan sukses. Pertama, kuatnya hubungan dengan Allah. Perjuangan yang terpadu dalam Keluarga Nabi Ibrahim as. yang berkomitmen tauhid melalui sikap sami’na wa-ato’na., tunduk patuh kepada Allah SWT. sebagai induk tumpuan sikap perilaku dan Allah sebagai terdepan menempatkan Allah SWT. di atas kepentingan apa pun. Gambaran itu terbangun dalam mutiara yang rindu kita peroleh, yakni kita ingin dianugrahi kesholehan seperti Nabi Ibrahim sebagai figur ayah, ketaatan seperti Nabi Ismail sebagai figur anak dan keikhlasan seperti Siti Hajar sebagai figur ibu.
Modal kompak, bersepakat, dan berkomitmen / istiqomah atas semangat tauhid yang utuh steril bertumpu kepada Allah SWT. yakin akan menjadi jalan kemudahan, keselamatan, kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Sebaliknya, kehidupan akan hilang arah, tersesat dan hancur, yang berawal keresahan batin, stress pikiran serta porak porandanya suasana keluarga yang berdampak malapetaka, karena sebatas terkendali oleh nafsu yang putus dengan fitrah suci tauhid dan berdampak pada peran akal pikir kotor yang bahaya untuk kehidupan.
Hal ini sebagaimana stateman AA Gym, bahwa teror yang menjadi musuh besar, berat dan bahaya bagi manusia, adalah terputus dan tidak seriusnya hubungan seserorang dengan Allah SWT. Karena itu pesan Buya Yahya, mensupport kita untuk berada dalam maqom muroqabah, yakni selalu merasa dilihat dan diawasi allah SWT., sehingga dengan merasa dekatnya dengan Allah SWT., selalui rindu kebaikan dan takut dengan perbuatan dosa.
Pesan sukses Kedua, Pendidikan dalam ibadah haji dan kurban.
Sukses dari ibadah haji adalah haji mabrur (haji yang diterima Allah SWT). Melalui perjalanan berbasis syariat Allah mendidik perilaku suci, taat, disiplin, dan terkendali tuntunan tidak rafats (menahan nafsu tidak berhubungan seks), fasiq (bermaksiat) dan jidal (berbantah-bantahan / berselisih) adalah modal dasar perilaku baik sebagai wujud haja mabrur. Maka mabrur sepanjang hayat merupakan wujud kualitas sukses ibadah haji dengan balasan hadiahnya adalah Syurga (HR. Ahmad, At Thabrani dan Al Baihaqi). Menurut AA Gym, dalam kiat mabrur itu, kuatnya niat fokus menomor satukan Allah SWT, jangan sampai awalnya niat baik, di tengah rusak dan pulang haji jadi ujub dan riya sebagai sikap asyirqu asyghar (syiriq kecil).
Pesan sukses Ibadah qurban, sejalan maknanya mendekatkan diri kepada Allah dengan muatan cinta agama, cinta sesama dan cinta menjalankan perintah Allah SWT., sejalan dengan perintahnya terdapat dalam QS. Al Kautsar yakni perintah shalat dan berqurban. Begitu pentingnya ibadah qurban sebagai sunnah muakan (sunnah yang dipentingkan), bagi yang mampu tidak melakukan qurban, Rasulullah bersabda; “Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih qurban, janganlah mendekati tempat shalat kami”.
Dengan dua ibadah yang Allah kumpulkan yakni shalat dan berqurban, menurut Ibu Taimiyah hal ini menunjukkan sikap taqarub, tawadlu, merasi butuh kepada Allah, husnudzan keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah SWT, janji dan perintah serta keutamaannya. Beliau menyatakan bahwa ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih hewan kurban dan ibadah badan yang paling utama adalah shalat.
Sangatlah Istimewa, dengan ibadah kurban itu bernilai shadaqah, sebagai amalan yang tidak putus karena kematian, meningkatkan pribadi yang bermanfaat, sebagai isarat betapa pentingya peningkatan gizi dengan protein hewani. Secara filosofi, bila puasa merasakan lapar untuk orang lain , maka qurban merasakan kenyang untuk orang lain. Kurban memperhatikan perut yang kosong, maka dalam keseharian juga harus memperhatikan masjid yang kosong. Begitu pula Penyembelihan hewan, menuntut kemampuan untuk menyembelih nafsu durjana, kesombongan/egois, sok tahu dan sikap jelek lainnya.
Pesan sukses Ketiga, tindak lanjut dari Pendidikan hari Raya Idul Adha.
Do’a Nabi Ibrahim dalam membekali anak istrinya, adalah memohon anak istri anggota keluaga yang taat menunaikan shalat dan menjadi manusia bermanfaat (QS. Ibrahim 37). Kekompakan keluarga, diawali ibda binafsik, keteladanan dan menyiapkan anak tidak terjebak berlebihan memanja, tetapi mencetak anak taat shalat, terdidik untuk menjadi manusia bermanfaat. Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja. Ada kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana. Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi ta‘âlâ tidak akan ada ruginya. Sikap semacam inilah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim, yang juga diikuti putranya, Ismail, yang begitu patuh dan saleh. Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah bentuk cara pandang manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia di akhirat kelak secara abadi.
Kita yang sering mengaku meneladani Nabi Ibrahim dengan berkurban, sudahkah sebanding dengan pengorbanan beliau? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan Ismail yang masih bocah? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan istri beliau, Siti Hajar?
Untuk membeli hewan kurban saja, kita kadang masih bersiasat untuk mendapatkan harga paling murah, jika perlu membelinya jauh pada bulan-bulan sebelumnya. Kita masih memilih uang paling kecil ketika kotak amal lewat di hadapan kita. Kita juga, misalnya, sering tak sudi berkorban sedikit tempat saat menaiki kendaraan umum, berkorban sedikit tenaga untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di manakah semangat kurban yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari? Kadang pula, karena kita mendapat sedikit pengetahuan agama, kita tak mau berkorban mendengarkan pendapat kelompok lain. Karena dianugerahi sedikit kedudukan, kita tidak mau mendengarkan unek-unek dan aspirasi orang lain.
Berkurban adalah kesipan sikap melawan kecenderungan materialisme untuk senantiasa mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah, serta meraih kebahagiaan yang lebih hakiki. Maka tindak lanjut dari Hari Raya Idul Adha pengembangan semangat berkurban sebaiknya berlanjut dalam aneka kebaikan pengorbanan yang mampu dilakukan, sejalan Firman Allah SWT. dalam Qs. As Shaf:11
Yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui. Qs. As Shaf:11
Semoga momentum Hari Raya Idul Adha menjadi spirit, kita semua menjadi hamba Allah yang ahli ibadah dan ahli manfaat.
Do’a :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
’Ya Allah saat-saat kami segenap hamba-hamba-Mu, bersimpuh di tempat suci yang penuh rakhmat,
Bersihkan hati dan jiwa ini dari hasad dan dengki, persatukan jiwa-jiwa ini dalam cinta karenaMu dan dalam ketaatan kepadaMu, jangan Engkau biarkan setan musuhMu menggerogoti persaudaraan kami.
Ya Allah, berilah bimbinganMu untuk pemimpin negeri ini agar dapat berlaku adil dengan syari’atMu di atas bumi yang tidak sejengkalpun melainkan semuanya milikMu.
Ya Allah, Yang Maha Kuasa, kami mohon yang sakit Engkau sembuhkan, yang lupa Engkau ingatkan, yang gelisah Engkau tenteramkan, yang sedih Engkau gembirakan, yang meminta Engkau kabulkan limpahan rizki.
Ampuni kami atas kehilafan dan dosa kami kepada anak-anak kami, suami, isteri kami, belum mampu mendidik dan membahagiakan mereka.
Ya Allah Tuhan yang Maha Penyayang, sayangi kami, sayangi kedua orang tua kami, yang telah berpeluh lelah merawat dan mendidik kami. Ampuni setiap kata keras kami yang pernah terlontar pada mereka,
Ampuni sikap tak peduli kami atas mereka, Ya Rabb. Berikan kesempatan kami berbakti kepada mereka, Ya Allah. Lembutkan hati mereka untuk kami agar ridha mereka mengantar kami kepada RidhaMu, Ya Allah.
Dan, jika Engkau telah mengambil mereka ke haribaanMu, maka basuhlah mereka dengan kelembutan ampunan dan rakhmatMu, serta pertemukan kami dengan mereka dalam keabadian nikmat syurga tidak akan nikmat tanpa bersama kedua orang tua kami.
Ya Rabb, bukakan pintu hati kami agar selalu sadar bahwa hidup ini hanya mampir sejenak, hanya Engkau tahu kapan ajal menjemput kami, jadikan sisa umur menjadi jalan kebaikan bagi ibu bapak kami, jadikan kami menjadi anak yang shaleh yang dapat memuliakan ibu bapak kami.’’
Oleh: Dr. Ugin Lugina, M.Pd. (Ketua DMI Kab. Kuningan)

Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.