INILAHKUNINGAN- Sidang Terbuka Desertasi Doktoral (S3) Konsentrasi Pendidikan Agama Islam (PAI) dr Asep Hermana, SpB, FINACS, MM, di Auditorium Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Senin (26/06/2023), sukses.

5 professor penguji, bahkan mengganjar desertasi Dokter Spesialis Bedah Kuningan berjudul “Rekontruksi Kebutuhan Konten Kurikulum PAI pada Praktek Kedokteran” tersebut, dengan nilai 3,94. Super!

Ditemui usai sidang, Dr dr Asep Hermana menegaskan, bahwa sisi organ manusia bukan hanya terdiri dari jantung, otak, otot, dan organ lain, tapi ada juga ruh. Ketika bicara sakit, seringkali manusia berkomunikasi dengan jasad.

Ini sudah ada sejak terjadi sekularisme. Kapan? Yaitu sejak zaman renesan atau zaman kebangkitan kembali di Eropa setelah jaman kegelapan.

“Setelah zaman renesan itu muncul paham sekuler. Jadi dipisahkan itu antara jasad, antara ruh, antara aspek ilahiyah dan aspek ikhtiar,” ujar Jebolan Spesialis Bedah Fakultas Kedokteran Unpad Bandung 2005 dan Jebolan Tradisional Chinese Medice University Of Yunnan, China 2012, yang kini menjabat Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kuningan dan Ketua Korwil 3 IDI Jawa Barat ini, kepada InilahKuningan

Berikutnya lanjut dia, harus disadari, bahwa dokter itu adalah wasilah. Harusnya semakin canggih dokter, semakin dekat dengan Allah SWT. Karena apa, karena semakin dekat dengan yang memberi kesembuhan. Yang memberikan kebocoran sakitnya pasien apa, sakit sebelah mana, sakit bagian organ mana.

“Ketika pemeriksaan pasien, dokter harus ingat sama Allah, sambil berdoa, ya Allah dimana ini penyakitnya, mudahkan ya Allah. Nah, aspek-aspek seperti itulah, terkadang sudah lepas. Padahal manusia itu satu kesatuan. Jadi tertarik tuh saya mengambil Doktoral PAI. Zaman dulu, ilmuwan muslim menguasai kedokteran, bukan hanya ilmunya saja. Tetapi bagaimana aspek illahiyah juga menyatu. Tidak terpisah,” tandas Dr Aher, sapaan akrabnya

Ditanya alasan mengambil desertasi di kurikulum PAI, Dr Aher yang berlatarbelakang medis menegaskan, bahwa pencetak dokter, atau blue print dokter itu adalah kurikulum. Ketika ingin berkontribusi banyak terhadap lulusan kedokteran, tentu kampus harus bermain di cetakannya. “Cetakannya dimana, ya di kurikulum,” tegas Ketua Dewan Pakar Penanganan Stunting Kuningan itu

Maka, desertasinya ialah bagaimana ada sebuah kebaruan. Atau buah noveliti tentang integrasi pembelajaran keislaman dengan medis. Kebaruannya disana. Pola-pola integrasinya, tentu diharapkan dia bisa diaplikasikan di tataran Fakultas Kedokteran Unpad Bandung karena statusnya sebagai dosen disana.

“Jadi dokter yang akan dicetak nanti, sudah ada cektakan modelnya. Itu misi paling besar saya. Tantangannya juga besar,” tandas Dr Aher, yang juga Anggota International Islamic Medicine Forum ini

Dikorelasiakan dengan jabatannya sebagai ketua IDI, berarti Ia harus membaurkan keilmuan ini di tengah masyarakat dengan berbagai macam flatform. Diantaranya, yang sudah berjalan 3 atau 4 tahun ini, ada kajian kedokteran keislaman di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung setiap Sabtu pagi pukul 04.00-16.00.

“Itu ikhtiar kita. Dokter-dokter hadir, dokter spesialis, dokter umum dan lain-lain. Yang menyaksikan live diatas 2.000 orang, dan paling sedikit ditonton youtobe-nya 4.000 orang,” sebut Dr Aher

Yang ketiga aplikasi keilmuan lewat komunitas kedokteran atau organisasi kedokteran. Keempat pendekatan politik. Ia ingin siapapun jangan tabu politik. Sebab politik adalah bagian dominan yang mengatur hajat hidup orang banyak.

Prakteknya, Ia harus melakukan sosialisasi, memberikan informasi terkait keilmuan ini di partai politik. Baik parpol berbasis Islam maupun Nasionalis.

“Sekali lagi, jangan tabu politik. Karena sudah menjadi bagian teman-teman politik berjuang melalui jalur politiknya. Yang akan menentukan kebijakan. Kalau mereka dikasih input-input yang menjadi kegelisahan para dokter selama ini misalnya, mereka bisa mengatasi melalui kebijakan. Beda kalau mereka tidak tahu informasinya dari kita,” pungkas Tokoh Medis Kuningan, yang juga Peneliti Studi Kedokteran Islam Daarut Tauhid Bandung itu./tat azhari