INILAHKUNINGAN- Mimpi bupati untuk mewujudkan 25 Desa Wisata tahun 2020, tidak main-main. Dari rentet prosesnya oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, atau Disporapar Kuningan, mimpi itu kian mendekati kenyataan.

Hasil pemetaan terkait potensi wisata, status lahan, pengelola, pihak terlibat, hingga kendala dibeber detail oleh disporapar.

Kadisporapar Dr H Toto Toharudin, menklaim berdasar hasil rakor, setiap kepala desa memiliki komitmen dan keinginan untuk menjadikan desanya sebagai Desa Wisata. Sebagian besar sudah mengalokasikan APBDes mereka untuk pengembangan Desa Wisata , meskipun belum optimal.

“Belum optimal karena memiliki prioritas lain. Adapula pengalihan anggaran untuk pencegahan dan penanganan pandemi,” jelas Toto, disela Exspos dan Dialog Potensi Desa Wisata, di Ballroom Cakrawala, Grage Resort Sangkanhurip, Selasa (27/10)

Kemudian ada desa wisata memiliki potensi wisata lebih dari satu jenis. Seperti wisata alam dengan wisata religius,wisata alam dengan wisata sejarah,dan lain-lain. Itu potensi wisata desa.

Terkait status lahan, ada 6 desa wisata status lahannya dimiliki oleh desa. Ada 7 desa milik Balai Taman Nasional Gunung Ciramai (BTNGC). Sisanya 3 desa wisata status lahannya dimiliki Perhutani.

Desa wisata itu, menunjuk pengelola masing-masing. Sebanyak 16 desa menunjuk Pokdarwis. Sisanya belum terbentuk Pokdarwis. Adapun Perusahaan daerah Aneka Usaha (PDAU) hanya mengelola 2 objek wisata, termasuk 4 objek wisata oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Sementara pengelolaan 8 objek wisata lain, masih dalam proses.

“Desa Wisata ini juga melibatkan pihak lain. Sebanyak 14 Desa Wisata mengajak sekolah tinggi atau universitas. Sebanyak 9 Desa Wisata melibatkan dinas, dan 9 Desa Wisata masih dalam proses,” katanya./tat azhari