Di Desa Pamulihan, Berawal Hobi Kini Jadi Inovator Pupuk Organik Sukses
SANG INOVATOR pupuk organik ini berasal dari Kabupaten Kuningan Jawa Barat tepatnya di Desa Pamulihan Kecamatan Subang. Beliau merupakan seorang guru SMK Negeri 1 Kuningan yang bernama Dedi. Berawal dari hobi mengutak atik alat elektronik dan sekarang beralih membuat pupuk organik dan juga membuat barang barang unik seperti kompor pembakar sampah ramah lingkungan sampai dengan kompor berbahan bakar oli bekas yang bisa mempercepat memasak.
Dan semua itu beliau lakukan sebagai hobi yang berbekal dari ilmu semasa beliau sekolah dan belajar ketika waktu luang, dan juga kepedulian beliau terhadap lingkungan. Pupuk organik yang beliau buat terinspirasi dari lingkungan sekitar yang kebanyakan di lingkungan tempat tinggal beliau bermata pencaharian petani dan peternak sehingga banyaknya limbah baik itu limbah pertanian, pasar/dapur dan juga kotoran hewan.


Hal ini yang membuat beliau sadar akan pedulinya lingkungan sehingga tertarik untuk membuat inovasi pupuk organik yang aman dikarenakan juga sulitnya pupuk subsidi. Pupuk organik ini dinilai aman digunakan untuk berbagai tanaman seperti padi, jagung, ubi dan lain sebagainya.
Pembuatan pupuk ini telah berjalan selama 8 tahun lamanya. Bermula dari modal awal yang hanya Rp. 40.000 bisa menghasilkan sebanyak 8 karung pupuk organik. Kemudian beliau mendirikan sebuah pabrik kompos yang diberi nama “Sinar Berkah Gerakan Peduli Lingkungan”. Pabrik tersebut bisa memuat dan menghasilkan 100-200 karung pupuk organik dan jika di ton kan setara dengan 4 sampai 6 ton. Pupuk organik ini bisa digunakan sebagai pengganti pupuk kimia karena kualitasnya hampir sama dengan pupuk kimia tetapi khasiatnya lebih bagus dan ramah lingkungan.
Pupuk organik yang dibuat bapak Dedi ini terbuat dari dedak, sampah dapur, kotoran hewan, mikroba, tetes tebu molase atapun gula putih, dan air. Dengan menggunakan alat bantu seperti ember, sekop, cangkul, gembor, gayung, jolang, drigen, dan mesin penggiling pupuk.
Untuk membuat satu ton pupuk bahan yang dibutuhkan diantaranya memuat kotoran hewan baik itu kotoran sapi, ayam, kambing, kelinci dengan volumenya sebanyak 750 kg, dan sampah pasar atau dapur (seperti sayuran dan buah-buahan busuk ataupun limbah pertanian) volumenya sebanyak 250 kg, kemudian ditambah dolomit sebanyak 20 kg, ditambah dedak halus sebanyak 20 kg, lalu ditambahkan mikroba m4 (paling sederhana), bisa juga menggunakan starbio, embio, stardek dengan volumenya sebanyak 1 liter atau 1 kg, dan ditambah gula putih atau tetes tebu molase sebanyak 1 kg, air bersih sebanyak 40-50 liter, biofungsida jpt dan asam omat hitoderma 1 kg dan lebu sebanyak 50-100 kg.

Langkah pembuatannya dengan menumpukkan kotoran hewan tersebut kurang lebih setinggi 30 cm, kemudian lapisi tumpukan yang kedua dengan limbah pasar atau dapur dan ataupun limbah pertanian kemudian pada lapisan ketiga taburankan lebu dan lapisan keempat taburkan kapur dolomit, lalu lapisan ke 5 taburkan dedak, setelah itu kita siram secara merata dengan air sebanyak 40-50 liter yang berisikan larutan mikroba dan gula, kemudian aduk lalu diamkan selama 30 menit.
Setelah itu siram secara merata ke tumpukan yang tadi, lalu ulangi proses dari awal tadi sampai 3 kali penumpukan. Dan setelah semuanya selesai, langkah akhirnya kita menutup bahan pupuk tersebut menggunakan terepal karena tidak boleh ada udara yang masuk (anaerob). Setelah seminggu kita harus membalikan pupuk organik dengan tujuan agar ada pergantian udara yang panas dengan udara yang segar/baru sehingga mempercepat pengomposan, hal tersebut dilakukan di setiap minggu selama 4 minggu, jadi kita 4 kali kita melakukan pembalikan selama 1 bulan, dan di minggu ke 4 kita sudah bisa panen dengan mengayak pupuk tersebut. Bagi pupuk yang masih berbentuk butiran kita giling menggunakan mesin penggiling pupuk.
Setelah pengayakan selesai pupuk tersebut tidak boleh langsung dikemas, harus didinginkan dengan cara dibiarkan supaya proses dekomposisi/pengomposan nya selesai atau tidak ada panas, jadi ketika dimasukkan ke dalam plastik tidak ada embun.
Pendinginan tersebut dilakukan selama kurang lebih 2 atau 3 hari, langkah selanjutnya dilakukan proses pengemasan menggunakan plastik ukuran 30×50 atau 30×60 yang memuat 5 kg ataupun pengemasannya bisa menggunakan karung dengan volume 25 kg, 30 kg, 40 kg, dan 50 kg. Dan setelah itu pupuk siap di pasarkan ataupun diaplikasikan ke semua jenis tanaman baik itu holticultura maupun tanaman pangan. Dosis untuk padi pengaplikasiannya cukup 70 kg per 100 bata, untuk timun dan jagung dosisnya 20-25 gr. Beliau juga telah membuat alat untuk menaburkan pupuk, alat tersebut dinamakan blower.
Menurut beliau pupuk yang baik itu pupuk organik yang mengandung unsur hara yang bagus dan beliau berhasil membuktikannya kepada kami menggunakan alat inverter/ alat uji menggunakan lampu untuk menguji bagus tidaknya pupuk yang beliau buat. Jika terdapat unsur hara yang bagus maka lampu akan menyala, dan begitu juga sebaliknya jika tidak terdapat unsur hara maka lampu tidak akan menyala. Dan terbukti ketika beliau menunjukkan kepada kami dengan menguji air yang tidak diberikan pupuk lampu tidak menyala, dan ketika air diberikan pupuk organik buatan Bapak Dedi lampu pun menyala terang benderang.
Pemasaran yang beliau lakukan berawal dari melakukan percobaan terlebih dahulu pada tanaman jagung milik beliau dan hasilnya memuaskan, sehingga orang-orang setempat mengetahui hal tersebut dan menyebarkan nya dari mulut ke mulut. Dari mulut ke mulut lah beliau berhasil memasarkan pupuk organik ini sampai menjual ke beberapa desa di kecamatan Subang. Harga per kemasan pupuk/5 kg dibandrol seharga Rp 8.000. Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan kepada distributor penjualan pupuk yaitu Ibu Agustini (50 tahun) asal Subang mengatakan bahwa banyak konsumen yang puas dan menjadi pelanggan tetap.
Rencana kedepannya beliau ingin membuat alat pembuatan pupuk yang canggih agar mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Beliau berharap para petani sadar dan bisa beralih ke pupuk organik dan lebih bijak memilih pupuk yang baik untuk tanamannya dikarenakan pupuk mempengaruhi hasil panen, jika pupuk nya bagus maka akan menghasilkan panen yang memuaskan. Harapan bagi pemerintah beliau berharap agar pemerintah memberikan perhatian dan dukungan dalam pemberian bantuan rumah kompos dan APPO.**
Penulis : Nani Suryani & Ines Nurmaulita
Mahasiswi PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan

Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.