KETIKA berbicara tentang pemadam kebakaran, banyak orang hanya membayangkan tugas mereka: memadamkan api, menyelamatkan korban kebakaran, dan mengamankan aset warga. Namun di Kuningan, wajah Damkar ternyata jauh lebih luas dari itu. Mereka hadir dalam kehidupan masyarakat dengan peran yang kadang tidak pernah kita bayangkan.

Mulai dari membantu orang tua yang kesulitan mengambil raport anaknya di sekolah, menangkap ular yang masuk ke rumah warga, menyelamatkan kucing yang terperosok ke sumur, sampai membantu keluarga yang kesulitan memakamkan jenazah dengan berat badan ekstrem. Semua itu mereka lakukan tanpa pernah berkata “bukan tugas kami.”

Inilah nilai yang bisa kita pelajari dari Damkar Kuningan:

  1. Tidak tebang pilih Bagi Damkar, setiap panggilan warga sama pentingnya. Entah itu kebakaran besar atau sekadar kucing yang jatuh ke sumur, semua ditanggapi dengan keseriusan yang sama.
  2. Empati
    Mereka hadir di tengah masyarakat bukan hanya dengan seragam dan alat, tetapi juga dengan hati. Empati inilah yang membuat warga merasa didengar dan ditolong, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun.
  3. Gerak cepat

Tidak menunda, tidak bertele-tele. Begitu ada laporan, mereka turun tangan. Kecepatan inilah yang membedakan pelayanan Damkar dengan birokrasi yang sering dikenal lambat dan berlapis-lapis.

  1. Kehadiran yang menenangkan

Dalam situasi panik, kehadiran Damkar memberi rasa aman. Warga tahu bahwa ada pihak yang bisa diandalkan kapan saja, di luar jam kerja formal.

Nilai-nilai ini seharusnya tidak hanya dimiliki Damkar. Lembaga pemerintah lain semestinya belajar dari cara kerja mereka: melayani dengan cepat, tanpa pilih-pilih, dan selalu menempatkan kepentingan masyarakat di atas segalanya.

Di sinilah peran Bupati Kuningan menjadi penting. Sebagai pemimpin daerah, Bupati bisa mendorong budaya pelayanan publik yang meneladani Damkar. Bayangkan jika semua dinas di Kuningan memiliki semangat yang sama: tidak menunggu disposisi panjang, tidak mencari alasan “di luar tupoksi,” melainkan langsung hadir di lapangan membantu warga.

Damkar Kuningan telah menunjukkan contoh pelayanan prima. Sekarang, tinggal bagaimana kita, terutama para pemimpin daerah, mampu menjadikan semangat itu sebagai inspirasi untuk membangun pelayanan publik yang lebih manusiawi, responsif, dan membanggakan.

Tetapi jangan lupakan pula apresiasi kesejahteraan bagi para pahlawan yang bekerja di Damkar agar diperhatikan. Ketika pemerintah mampu memberikan tunjangan rumah DPRD hingga 25 juta perbulan namun di sisi lain kesejahteraan bagi pegawai damkar kurang diperhatikan.

Yang masih honorer segera diangkat, yang golonganya masih rendah segera naik, yang TPPnya dipotong semoga lekas dikembalikan, atau bahkan seyogyanya dengan risiko pekerjaan yang tinggi pemerintah mampu memberikan apresiasi lebih kepada mereka seperti jaminan beasiswa Pendidikan bagi putra – putrinya hingga jenjang sarjana, sarana perumahan bagi keluarga atau tunjangan lainya yang berharga untuk mereka.  BKPSDM sekarang sudah menerapkan manajemen talenta, saya berharap pegawai dibawah naungan Damkar ini mampu mendapatkan kredit yang tinggi atas kinerja dan dedikasi yang telah diabdikan selama ini. Amin.**

_Sela Waktu

Ageng Sutrisno