INILAHKUNINGANPuncak Hardiknas 2024, dimeriahkan ribuan pelajar dengan  memainkan angklung. Angklung ini, ternyata sebagai warisan Kabupaten Kuningan berasal dari Kelurahan Citangtu.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kuningan, U Kusmana, menyatakan,gebyar angklung ini tidak hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan budaya asli Kuningan, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan semangat gotong royong dalam pendidikan.

“Dengan melibatkan ribuan pelajar, kami berharap dapat menanamkan rasa bangga terhadap budaya lokal yang sudah mendunia. Sekaligus memotivasi semangat belajar,” tandas U Kusmana, di Halaman Kuningan Islamic Center, Minggu (19/5/2024). Kepada InilahKuningan

Selain gebyar angklung hardiknas, sebut U Kusmana, sebelumnya ada gerak jalan diikuti ribuan peserta, lomba cerdas cermat jenjang SD, workshop guru PAUD, Panen Karya Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 9, lomba cerdas cermat jenjang SMP, upacara hardiknas, gebyar PAUDku, Wisuda Tahfidz Al-Qur’an Juz dan seminar pendidikan.

Melalui gerakan “Beu Sakola dan Ngamulule Angklung Beu, Ia mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan. “Kami ingin mewujudkan semangat belajar yang menyenangkan dan membanggakan. Seperti halnya angklung, warisan budaya dunia asal Kuningan,” ucap U Kusmana, penuh optimis

Sekda Kuningan Dr Dian Rachmat Yanuar menegaskan, bahwa keberadaan  angklung menjadi ciri khas Kabupaten Kuningan. Karena terkait sejarah, bagaimana transformasi angklung dari nada pentatonis menjadi diatonis lahirnya di Kuningan berkat maestro angklung Pak Kutjit  (Kuwu Citangtu,red) dengan Pak Daeng.

“Ini akan menjadikan nafas bagi kita agar terus melestarikan tradisi angklung yang mempunyai nilai budi  luhur sebagai kearifan lokal yang sudah mendunia. Mencintai Angklung, tak ubahnya  mencintai alam, mencintai tradisi. Nah ini sebagai dasar kita bagaimana meyakinkan  tekad, bahwa Kuningan adalah betul menjadi bagian sejarah dari perkembangan angklung,” tegas Sekda Dian

Dian juga mengingatkan, sebagai generasi penerus  tidak boleh lepas dari sejarah. Angklung harus tetap menjadi sebuah kekuatan bagaimana anak-anak  mengenal dan menyukai warisan tersebut.  Moal apal bakal, Mun teu apal asal. inilah asal mu asal angklung,” tandasnya./tat azhari