Tindak Lanjut Menembus Langit Ketujuh
“Maha suci Allah yang telah menjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kami berkati sekelilingnya untuk kami perlihatkan kepadanya tanda-tnda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah maha mendengar lagi melihat “ (QS. Al Isra:1)
Di antara yang menarik dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW., yakni
tentang Buraq dan Langit Ketujuh. Telaah terhadap peristiwa ini tepat bila menggunakan sudut pandang Agama, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam menggapai keyakinan dan hikmah terhadap kebesaran Allah SWT.
LANGIT KETUJUH
Kebenaran peristiwa Nabi Muhammad SAW. menembus langit ketujuh ditegaskan dalam QS. An Najm:14-16. Menurut QS. Al Mulk: 3: “langit itu terdiri atas 7 lapis “ Dan QS. Az Zumar :10 menyatakan, keberadaan Bumi Allah itu sangat Luas: “ Dari kalimat itu, betapa masih banyak tak tersentuh oleh kemampuan manusia tentang kedalaman perut bumi dan ketinggian batasan langit.
Tujuan akhir perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. adalah menghadap Allah di dekat Pohon “ Sidrat al Muntaha” di atas langit ketujuh, berdekatan dengan Syurga di bawah arasy Allah. (Prof. Dr. H. Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, hal. 110).
Menurut Muh. Asad, penterjemah dan penafsir Al Qur’an dalam Bhs. Inggris, menerjemahkan “ Sidrat al Muntaha” dalam QS. An Najm itu dengan “Lotetree of the farthest limit” (pohon Lotus pada batas yang terjauh), dalam Bhs. Indonesia Pohon Lotus= Teratai, Seroja.
Namun yang terpenting dari arti harfiah itu, adalah makna simboliknya (Sunda=siloka). Pohon Lotus padang pasir yang terdapat dikawasan Timur Tengah dianggap sebagai lambang “kebijakan / wisdom” . Dan diterangkan para ahli tafsir, Sidrat al Muntaha adalah lambang kebijakan tertinggi dan terakhir yang tidak teratasi lagi kebijakan tertinggi lainnya. Dan itu dapat dicapai oleh seorang manusia pilihan yang sekaligus mencapai kebijakan tertinggi atas karunia Allah SWT. Nabi pun menerangkan bahwa dibalik pohon Sidrah itu adalah misteri yang hanya Allah yang tahu.
Makna simbolik lain dari Sidrah adalah kerindangan dan keteduhan, sehingga melambangkan ketenangan dan kedamaian. Jadi keberangkatan nabi Muhammad SAW. berarti telah mencapai tingkat ketenangan, kedamaian dan kemantapan batin yang tertinggi.
Sementara telah tentang langit oleh kalangan astronomi modern, salah satu teori (dan spekulasi) ilmiah menyatakan bahwa batas paling luar alam raya adalah lekukan langit (curvature) yang radiusnya dari permukaan bumi, sepanjang garis perjalanan cahaya selama 11 Milyar tahun, yaitu dengan memperhitungkan jarak bintang paling jauh, yang kini “kebetulan” sudah diketahui. Karena kemungkinan yang belum diketahui masih banyak. (QS. Al-Shaffat:6 “ Allah menghiasi langit dunia atau langit pertama ini dengan bintang-bintang”)
Jadi bisa dibayangkan, betapa jauhnya “batas luar” alam raya ini. Dan filosofi Bangsa Arab maupun masyarakat sunda (siloka urang Sunda) cukup kental menyebut angka tujuh sebagai perumpamaan begitu lamanya atau begitu jauhnya juga begitu banyaknya, seperti: “Aki-Aki Tujuh Mulud…, Datang ka tujuh turunan…, Geura mandi di tujuh sumur… ”
Jadi, posisi langit lapis ketujuh pun sekaligus bermakna betapa ketinggian Allah SWT. Yang sangat amat luar biasa.
PERANGKAT MENUJU LANGIT KETUJUH
Hai Jamaah Jin dan Manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi ) penjuru langit dan bumi maka lintasilah, kamu tidak dapat melintasinya (menembusnya) melainkan dengan kekuatan “ (QS. Ar Rahman: 33)
Dalam sudut pandang penulis, terdapat dua kekuatan untuk menaklukan/mengelolajagat raya bahkan hingga menembus langit ketujuh, yakni kekuatan lahir yang dikukung IPTEK serta kekuatan bathin dengan modal iman di hati.
Profil Muhammad SAW. dipilih Allah melalui uji coba kehidupan sejak usia dini, beliau sungguh memiliki keseimbangan lahir dan bathin. Baik kemandiriannya sejak yatim piatu, menggembalakan kambing, kerja keras dalam perdagangan, serta selalu bersikap positif di tengah-tengah masyarakat Jahiliyah, sehingga wajar bila spontanitas masyarakat saat itu memberinya gelar “Al Amin” atas kejujuran dan kesucian jiwanya.
Sehingga jelas, bahwa kesucian diri dan kreatifitas, sikap cerdas dan giat dalam hidup, adalah sebuah perangkat kekuatan yang meng-otomatiskan Nabi Muhammad dengan kehendak Allah mampu menembus langit ketujuh.**
Disampaikan Oleh:
Dr. Ugin Lugina, M.Pd.
Ketua DMI Kuningan


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.