Dialog! Apresiasi Unjuk Rasa, Rokhmat Ardiyan Rangkul 200 Aktivis Mahasiswa Lintas Kampus Di Kuningan
INILAHKUNINGAN- Sebanyak 200 mahasiswa se-Kuningan memadati Aula Kajene Forest Kuningan, Rabu, (17/12). Mahasiswa lintas kampus dan organisasi exstra ini duduk dalam satu lingkaran kesadaran. Bukan sekadar hadir dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, mereka diajak berpikir lebih jauh, tentang sejarah, tanggung jawab, dan pilihan hidup sebagai warga negara.
Pertemuan ini di prakarsai Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Jawa Barat X, H Rokhmat Ardiyan. Ia membuka ruang dialog itu dengan pendekatan personal yang jarang ditemui dalam forum resmi. Juga menghadirkan Narasumber spesial bagi generasi muda, sosok Dandim 0615 Kuningan, Letkol Arh Hafda Prima Agung. Ia dikenal memiliki pengalaman akademik dan pengalaman tugas lintas negara. Dandim yang memiliki wawasan luas, termasuk wawasan geo politik dunia.
“Saya ini pejabat negara, tapi saya ingin selalu dekat dengan mahasiswa,” ungkap Rokhmat Ardiyan saat membuka sambutan.
Di hadapan peserta, dari BEM Uniku, Unisa, Universitas Muhammadiyah, serta kader HMI, KAMMI, GMNI, PMII dan organisasi mahasiswa lainnya, Ia mengaku sengaja menggelar pertemuan khusus ini, untuk mengecek cita-cita generasi muda Kuningan, sekaligus memastikan semangat idealisme di jiwa mahasiswa tetap hidup.
Apresiasi khusus disampaikannya HRA beserta Dandim, atas peran mahasiswa kuningan dalam aksi Agustus lalu yang sempat mengguncang tanah air. Mahasiswa Kuningan dinilai sukses membendung penyusup. Menciptakan demo yang aman dan kondusif, sebuah penyampaian aspirasi yang sangat bermartabat di halaman gedung DPRD Kuningan waktu itu.
“Kalian telah menyelamatkan Kuningan, dalam penyampaian asiparasi Agustus Lalu. Kegiatan (unjukrasa) berjalan tertib, tidak anarkis. Terima kasih, anak-anakku,” katanya, disambut tepuk tangan panjang.
Rokhmat Ardiyan tidak menempatkan diri sebagai politisi yang memberi jarak. Ia juga bercerita tentang putra dan putrinya yang menempuh pendidikan di Yogyakarta, ada pula yang di UI, UGM, dan Unpad, lalu menarik benang merah antara dunia keluarga, dunia usaha, dan dunia politik yang ia jalani. Dari situ sebuah inspirasi terbangun, ia menekankan pentingnya membangun karakter dan integritas, dengan meneladani empat sifat Nabi Muhammad SAW sebagai fondasi kepemimpinan dan kesuksesan.
Untuk menjaga atensi, ia menyelipkan kuis berhadiah uang tunai kepada mahasiswa sebelum sesi diskusi dimulai, door prize ini diarahkan untuk membeli buku, sebagai simbol kecil dari investasi intelektual.
Diskusi kemudian diperluas oleh Dandim 0615 Kuningan, Letkol Arh Hafda Prima Agung, yang membawa mahasiswa menelusuri lorong sejarah dunia. Ia mengulas perubahan tatanan global pasca Perang Dunia Pertama, termasuk hilangnya Prussia dari peta politik dunia, hingga dampak Perang Dunia Kedua terhadap Indonesia. Juga mengambil hikmah, dari Kisah film kolosal dunia, dijadikan pintu masuk untuk memahami brutalitas perang dan mahalnya harga sebuah kemerdekaan. Sebuah penjelasan yang selaras dengan intelektual peserta.
Dari sejarah global, Hafda Prima Agung mengajak mahasiswa melihat keunggulan Indonesia hari ini. Letak geografis yang strategis, jumlah penduduk usia produktif, dan bonus demografi disebut sebagai modal besar yang tidak dimiliki banyak negara. Ia mendorong mahasiswa ikut menyukseskan program pemerintah, sekaligus mengingatkan pentingnya memperkuat barisan internal saat aksi demonstrasi.
“Jangan sampai gerakan mahasiswa disusupi,” pesannya, sambil menjelaskan lima nilai bela negara, termasuk kebijakan Presiden tentang pembentukan Komponen Cadangan.
Kembali ke forum utama, Rokhmat Ardiyan merumuskan makna bela negara dalam bahasa yang dekat dengan kehidupan mahasiswa. Ada bentuk lain bela negara yang bisa dilakukan mahasiswa saat ini.
Yaitu nilai kejujuran disebut sebagai bentuk keberanian paling mendasar. Mengabdi kepada petani dan UMKM, melestarikan alam Kuningan, merawat persatuan di tengah perbedaan dengan kearifan lokal, hingga menciptakan lapangan kerja, ia posisikan sebagai praktik nyata nasionalisme.
“Mahasiswa harus visioner. Jaga kesetiakawanan, loyalitas, dan integritas. Kalian masih punya idealisme tinggi, jangan dikotori,” tegasnya.
Ia juga memberi peringatan keras agar mahasiswa menjauhi judi online dan narkoba. Nada suaranya berubah serius saat menyampaikan pesan itu.
“Awas kalau ada mahasiswa terlibat narkoba. Saya catat,” ucapnya. Namun peringatan itu ditutup dengan ajakan optimistis, suatu hari, ketika mahasiswa menjadi pengusaha atau pejabat, jadilah sosok dermawan yang membantu masyarakat dan berbakti kepada nusa bangsa. Baginya, di situlah esensi bela negara.
Forum ini juga menjadi ruang sosialisasi program-program strategis nasional. Rokhmat Ardiyan menjelaskan penguatan Koperasi Merah Putih untuk mendorong desa mandiri, dukungan terhadap Program Makan Bergizi Gratis yang telah menjangkau puluhan ribu siswa di Kuningan, hingga rencana pendirian Sekolah Rakyat di Desa Luragung dengan target seribu siswa dan pembiayaan pendidikan mencapai puluhan juta rupiah per siswa. Ia menyebut pemasangan sekitar 3.500 sambungan listrik gratis bagi warga tidak mampu di Dapilnya, kemudian penanganan rumah tidak layak huni sebagai pekerjaan rumah yang perlu dikawal bersama.
Sebagai anggota Badan Anggaran DPR RI, ia mengungkapkan sedang memperjuangkan alokasi sekitar 30 miliar rupiah untuk perbaikan infrastruktur jalan dan sektor kesehatan. Program rumah dengan harga terjangkau pun disinggung, dengan pesan tegas kepada mahasiswa agar ikut mengawasi realisasinya.
“Saya ingin mahasiswa mengawal program pemerintah ini,” jelasnya.
Menutup pertemuan, Rokhmat Ardiyan menyampaikan janji personal kepada mahasiswa yang berminat menekuni dunia usaha. Ia siap berbagi ilmu tentang kewirausahaan, dengan satu syarat utama, nilai-nilai luhur harus ditanamkan sejak dini.
“Suatu saat kalian jadi pejabat, jadilah pejabat yang jujur,” pesannya.
Di Kajene Forest hari ini, sosialisasi Empat Pilar tidak berhenti sebagai agenda formal. Forum ini menjelma menjadi ruang refleksi, tempat sejarah bertemu masa depan, dan mahasiswa diajak memilih jalan, sekadar hadir, atau benar-benar mengambil peran dalam menjaga republik?/Bubud Sihabudin


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.