Sedih! Ruwita Tua, Penjual Mainan Di Ontel Jalan Siliwangi Kuningan, Kisahnya…
Senyum simpul, ramah tanpa masygul selalu terpancar dari sosok sepuh yang beberapa hari ini mondok di sekitaran jalan Siliwangi. Menjelang magrib ketika hujan turun membungkus kota. Bapak 5 anak ini masih setia berjualan mainan seraya berharap lekas laku apa yang di jajakan tiap waktu.
Ceritanya saat itu, hari kamis manis orang menyebutnya. Lepas senja, Saya beserta karib mencari sesuap nasi untuk mengganjal perut yang sedari siang mengekerut. Tercetuslah makan sate madura di dekat fotokopi fajar seberang bakso pak elon yang begitu kawentar. Sesampainya di sana, di sebelah utara saya melihat ada orang tua yang masih menjajakan daganganya meski waktu telah senja.
Daganganya berupa balon berbentuk hewan, mainan dorong, juga bola angin. Teringat Sina dan Burlian. Aku sengaja membeli balon ikan dan jerapah sambil memerhatikan dengan lamat – lamat. Naluri jurnalisku muncul sembari teringat orang tua di rumah dengan perjuangan hidup dalam membesarkan anak – anaknya.
Saya bertanya – tanya beberapa hal. Seperti dari mana? Sudah jualan berapa lama? Ke Kuningan naik apa? Hingga tentang keluarga. Pokoknya keluar semua dasar – dasar 5w1h.
Hasilnya di luar dugaan. Apa yang saya asumsikan benar – benar jauh panggang dari api. Ia memperkenalkan diri, Ruwita namanya. Asli dari tanah Jamblang yang terkenal dengan penganan khasnya. Anaknya 5, semuanya diluar kota. Berjualan di Kuningan sudah lama. Sepeda ontel adalah kendaraan andalanya. Ia tak mengenal jauh dan lelah dengan mengendarai roda duanya. Ia kayuh sepeda tuanya dari jamblang ke Kuningan. Begitupun saat pulang ia kembali bersama sepeda tuanya.
Seminggu lamanya, ia kan berjualan dengan penuh cinta. Hari – hari yang dilalui ia perjuangkan untuk keluarga. Usianya tak lagi muda, enam puluh lima pengakuanya. Dengan untung yang tak seberapa bagi kita, justru sangat berharga untuknya.
Saat ku tanyakan “Bapak sudah makan?” dengan rendah hati Ia menjawab bahwa dirinya sedang menahan lapar, haus dan nafsu dengan berpuasa. Seketika aku seperti menjadi hamba sahaya. Ujianku mungkin tak sebesar ujianya tapi keluhku bisa jadi lebih besar dari keluhnya. Atau mungkin Aku adalah seorang fakir syukur yang Tuhan tegur dengan mewujudkan diri melalui pak Ruwita yang begitu luhur.
Kami sempatkan makan sate bersama, Ia berbuka puasa sedang Aku berbuka cerita. Alhamdulillah kita makan sambil bercengkerama. Dari mulai perjalanan hidup di dunia, kisah cinta hingga riwayat keluarga. Ia bercerita bahwa Ia selalu tidur di emperan ruko fotokopi fajar dengan membawa bekal alas dan selimut ditemani lampu yang sedikit berpendar.
Dari kisahnya aku mengambil banyak pelajaran dan bekal ke depan. Sampai tua ia tetap bersyukur apapun keadaanya. Kita yang katanya pandai membaca semesta seolah – olah kalah dengan Pak Ruwita yang senantiasa mengeja dunia dengan cinta, usaha dan doa.
Ya Allah, titip pak Ruwita dimanapun Ia berada, berkahi langkahnya, lindungi keselamatanya dan jembarkan rezekinya. Hamba yang belum bisa membantu banyak untuknya. Semoga setidaknya doa ini senantiasa terpanjatkan untuk Bapak yang selalu berjuang untuk keluarganya. Aamiin
Kamis, 9 maret 2023
Ageng Sutrisno
Jl, Siliwangi yang sedang berduka


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.