1.162 Warga Kuningan Terjangkit DBD, Dinkes: Terkendala Anggaran!
INILAHKUNINGAN– Sebanyak 1.162 warga Kabupaten Kuningan, diserang Nyamuk Aedes Aegypty, hingga terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). Serangan membahayakan tersebut, diakui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kuningan, dr Denny Mustafa.
“Betul, sebanyak 1.162 kasus DBD terlaporkan di wilayah kami, sepanjang 2025 ini,” sebut Denny Mustafa, Rabu (27/12/2025)
Kasus DBD ini, paling banyak menyerang masyarakat usia produktif. Hal ini terjadi karena kelompok usia ini memiliki mobilitas tinggi.
“Sebaran umurnya terjadi pada usia produktif sekitar 15-44 tahun. Penyebabnya, faktor perilaku, lingkungan, mobilitas yang tinggi, serta faktor biologis yang meningkatkan risiko terjangkit DBD pada usia produktif,” terang dia Denny
Diakui, jumlah 1.162 kasus DBD menunjukan terjadi penurunan dibanding tahun lalu, yang mencapai 2 ribu lebih kasus. Meskipun setiap bulan, selalu ada masyarakat terjangkit DBD di Kuningan.
“Biasanya, puncak kasus DBD terjadi pada Januari,” imbuh Denny
Untuk menekan kasus DBD, Ia melakukan berbagai upaya seperti kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya DBD, penguatan pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M plus. Yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas, serta melakukan pengasapan atau fogging secara situasional.
Denny memaparkan, meski permintaan untuk fogging nyamuk tinggi, tetapi hal tersebut bukan solusi yang tepat untuk menangani DBD. Pasalnya, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentiknya. Oleh karena itu, pihaknya tengah menguji resistensi insektisida untuk meningkatkan efektivitas pengasapan.
Menurut Denny, hal yang paling efektif dilakukan untuk menekan angka DBD adalah peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Saat ini kami tengah melakukan uji resistensi insektisida di beberapa titik di tingkat kabupaten untuk menilai efektivitas obat yang digunakan dalam kegiatan fogging,” kata Denny.
Denny menyebut kendala dihadapi dalam penanganan kasus DBD adalah masalah anggaran. Sehingga beberapa program seperti pembelian RDT Dengue atau Tes Diagnostik Cepat untuk demam berdarah belum dilakukan secara maksimal.
“Selain itu, belum adanya pelatihan dan penyuluhan Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) juga menjadi kendala lain untuk menangani DBD di Kuningan,” imbuhnya./red


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.